Di
Bali Penunggun Karang atau juga disebut sebagai Palinggih
Pangijeng, merupakan salah satu tempat suci pekarangan rumah yang berfungsi
sebagai sedahan penjaga karang atau palemahan beserta penghuninya agar
senantiasa berada dalam lindunganNya, tentram, rahayu sekala niskala.
Penunggun
Karang
dalam Sastra Dresta disebut Sedahan
Karang (di perumahan) untuk membedakan dengan Sedahan Sawah (di sawah) dan
Sedahan Abian (di kebun/ tegalan/ abian).
Pembangunan Penunggun Karang
Dalam
lontar Kala Tattwa disebutkan bahwa Ida Bethara Kala bermanifestasi dalam
bentuk Sedahan Karang/ Sawah/ Abian dengan tugas sebagai Pecalang, sama seperti
manifestasi beliau di Sanggah Pamerajan atau Pura dengan sebutan Pangerurah,
Pengapit Lawang, atau Patih.
Di
alam madyapada, bumi tidak hanya dihuni oleh mahluk-mahluk yang kasat mata,
tetapi juga oleh mahluk-mahluk yang tidak kasat mata, atau roh.
Roh-roh
yang gentayangan misalnya roh jasad manusia yang lama tidak di-aben, atau mati
tidak wajar misalnya tertimbun belabur agung (abad ke 18) akan mencari tempat
tinggal dan saling berebutan.Untuk melindungi diri dari gangguan roh-roh
gentayangan, manusia membangun Palinggih Sedahan.
Penempatan Penunggun Karang
Penunggun
Karang dapat ditempatkan dimana saja asal pada posisi “teben” jika yang
dianggap “hulu” adalah Sanggah Kemulan.
Karena
fungsinya sebagai Pecalang, sebaiknya berada dekat pintu gerbang rumah. Jika
tidak memungkinkan boleh didirikan di tempat lain asal memenuhi aspek kesucian.
Yang
perlu diperhatikan, bangunan Palinggih Sedahan harus memenuhi syarat:
- Pondamennya batu dasar terdiri dari dua buah bata merah masing-masing merajah “Angkara” dan “Ongkara”
- Sebuah batu bulitan merajah “Ang-Mang-Ung”; berisi akah berupa tiga buah batu: merah merajah “Ang”, putih merajah “Mang”,dan hitam merajah “Ung” dibungkus kain putih merajah Ang-Ung-Mang
- Di madia berisi pedagingan: panca datu, perabot tukang, jarum, harum-haruman, buah pala, dan kwangen dengan uang 200, ditaruh di kendi kecil dibungkus kain merajah padma denganpanca aksara diikat benang tridatu
- Di pucak berisi bagia, orti, palakerti, serta bungbung buluh yang berisi tirta wangsuhpada Pura Kahyangan Tiga.
Persyaratan
ini ditulis dalam Lontar Widhi Papincatan dan Lontar Dewa Tattwa. Jika
palinggih sedahan tidak memenuhi syarat itu, yang melinggih bukan Bhatara Kala,
tetapi roh-roh gentayangan itu antara lain Sang Butacuil.
Jika
melaspas atau ngelinggihan membutuhkan kepekaan dari seorang pinandita/pandita
untuk tahu siapa yang menjadi penguasa tempat itu. Semua penguasa alam seperti
Hyang Bahu Rekso, diketuai oleh Deva Ganesha, jadi Hyang Bahu Rekso
dikelompokkan ke dalam GANA BHALA (pasukan Gana),
Jadi kalau di rumah menstanakan
Ganesha itu sangat baik karena Ganesha memiliki multifungsi diantaranya adalah :
Sebagai VIGHNASVARA :
Penghalau segala rintangan (OM VAKTRA TUNDA MAHA KAYA SURYA KOTI SAMAPRABHA
NIRVIGHNA KURUME DEVA SARVA KARYESU SARVADAM). makanya para Balian meuja Beliau
agar dapat menghilangkan penyakit. Sebagai SIDDHI DATA: sebagai pemberi
kesuksesan, (SARVA KARYESU SARVADAM).
Sebagai VINAYAKA :
Lambang kecerdasan (intelek), makanya dijadikan simbol pengetahuan, dan baik
untuk anak-anak.
Sebagai BUDHIPRADAYAKA :
Memantapkan kebijaksanaan setiap Vaidika Dharma (pencari kebenaran),
Sebagai LAMBODARA :
Sumber kemakmuran. Akan lebih baik kalu di Penunggu Karang dilinggihkan Arca
Ganesha (devanya para Bahu Rekso), daripada tidak tahu siap yang distanakan.
Penunggun Karang dalam Lontar Asta Kosala Kosali dan
Asta Bhumi
Dalam
perhitungan dasar Asta Bhumi, pekarangan rumah biasanya dibagi menjadi
sembilan, yakni dari sisi kiri ke kanan; nista, madya dan utama serta dari sisi
atas ke bawah; nista, madya dan utama. seperti gambar disamping. sehingga
terdapat 9 bayangan kotak pembagian pekarangan rumah. adapun pembagian posisi
tersebut antara lain:
- posisi utamaning utama adalah tempat “Sanggah Pemerajan”
- posisi madyaning utama adalah tempat “Bale Dangin”
- posisi nistaning utama adalah tempat “Lumbung atau klumpu”
- posisi madyaing utama adalah tempat “Bale Daje atau gedong”
- posisi madyaning madya adalah tempat “halaman rumah”
- posisi nistaning madya adalah tempat “dapur atau pawon / pasucian”
- posisi nistaning Utama adalah tempat “Sedahan Karang“
- posisi nistaning Madya adalah tempat “bale dauh, tempat tidur”
- posisi nistaning Nista adalah tempat “cucian, kamar mandi dll” biasanya digunakan tempat garase sekaligus “angkul- angkul” gerbang rumah.
Setelah
mengetahui posisi yang tepat sesuai dengan Asta Bhumi diatas untuk posisi
sedahan karang, selanjutnya menentukan letak bangunan Sedan Karang tersebut.
yaitu dengan mengunakan perhitungan Asta Kosala Kosali, dengan sepat
atau hitungan tampak kaki atau jengkal tangan. perhitungannya dengan konsep
Asta Wara (Sri, Indra, Guru, Yama, Rudra, Brahma, kala, Uma). adapun
perhitungannya:
- Untuk pekarangan yang luas ( sikut satak ), melebihi 4 are atau sudah masuk perhitungan “sikut satak”, posisi Sedahan Karang dihitung dengan: dari utara menujuKala ( 7 tapak ) dan dari sisi barat menuju Yama ( 4 tampak ).adapun alasannya adalah:sesuai dengan fungsi Sedahan karang yaitu sebagai pelindung dan penegak kebenaran yang merupakan dibawah naungan dewa Yama dipati (hakim Agung raja Neraka), serta tetap sebagai penguasa waktu dan semua kekuatan alam yang merupakan dibawah naungan Dewa kala. ini dimaksudkan agar Sedahan Karang berfungsi maksimal sesuai dengan yang telah diterangkan diatas tadi.
- Untuk pekarangan sempit yaitu pekarangan yang kurang dari 4 are seperti BTN, posisi Sedahan Karang dihitung dengan: dari utara dan barat cukup menuju Sri atau 1 tampak saja. dengan maksud agar bangunan tersebut tetap berguna walau tempatnya cukup sempit, tapi dari segi fungsi tetap sama.
Semoga
informasi ini dapat bermanfaat untuk semeton. Ampura jika ada penjelasan yang
kurang lengkap atau kurang tepat. Dan mohon dikoreksi bersama jika ada.
Suksma..
Baca Selanjutnya : Sanggah Kemulan
Baca Selanjutnya : Sanggah Kemulan