SEJARAH SINGKAT DESA SUMBERKLAMPOK.
Sejauh bisa ditelusuri bahwa Desa Sumberklampok berawal dari tahun1922, ketika itu kawasan tersebut masih hutan belantara dan belum berpenghuni. Dan tahun 1922 tersebut karena Indonesia masih dalam penjajahan Belanda, datang orang Belanda benama “AW Remmert”, yang bermaksud membuka hutan untuk dijadikan perkebunan kelapa di hutan Bali Barat. Awalnya AW Remmert terdampar di sebuah pulau yang bernama Pulau Menjangan dan berlabuh ke teluk yang kemudian disebut dengan Teluk terima. AW Remmert yang dibantu oleh para pekerjanya dari Pulau Madura sebanyak ±62 orang pekerja untuk membuka hutan. Setelah hutan dibuka lalu ditanami kelapa, pisang dan tanaman rempah, dan daerah tersebut diberinama Gedebung bunyu. Ternyata tidak hanya AW Remmert yang membuka hutan, juga “Johan J.Powneel dan Gerrit Van Schermbeek” menjadikan kawasan tersebut menjadi perkebunan kelapa dan kapuk. Kemudian sekitar tahun 1930, Ijin perkebunan ( Persil Onderneming ) diberikan oleh Pemerintah Belanda. Pada saat Jepang menjajah indonesia setelah Belanda dan merusak semua tatanan pemukiman yang ada hingga diharuskan menggunakan karung goni sampai mengkonsumsi singkong setiap harinya, terjadi wabah malaria hebat. Kondisi tersebut tidak jauh berubah setelah Indonesia merdeka, semua perkebunan dikuasai oleh Perusahaan-perusahaan perkebunan yang mengelola, dan beberpa pergantian perusahaan perkebunan yang mengelola terakhir kelanjutan perkebunan “PT Margarana dan Dharma Jati” dan masyarakat merasa terusir secara pelan-pelan dengan dibatasinya lingkup jangkauan masyarakat dibidang pertanian dan kesejahteraannya. Setelah Indonesia merdeka semakin tahun penduduk semakin berdatangan dan bertambah dari daerah Madura, Banyuwangi, Pulau Nusa, dan dari Karangasem. Gedebung bunyu adalah nama yang muncul sebelum nama Sumberklampok, nama tersebut dianggap tidak membawa berkah dan dirasa akan mempengaruhi kehidupan masyarakatnya, sehingga diambillah nama Sumberklampok dikarenakan banyaknya pohon jambu klampoak yang tumbuh dan dibawahnya terdapat sumber mata air yang sering dikonsumsi atau keperluan sehari-hari walaupun airnya agak payau oleh masyarakat setempat. Sebelumnya, Gedebung bunyu masih menjadi Banjar dan berperbekelan ke Desa Sumberkima dan Pejarakan. Sangat menarik memang kenapa satu Banjar berpekelan ke dua desa tersebut, menurut cerita salah seorang tokoh, bahwa untuk saudara-saudara yang beragama Hindu berperbekelan ke Desa Sumberkima, sedangkan saudara-saudara yang beragama Islam berperbekelan ke Desa Pejarakan. Namun berjalannya waktu atas saran pemuka masyarakat pada tahun 1967 untuk pertama kalinya diadakan pemilihan Kepala Desa dan diakui menjadi sebuah desa pada 1 Juni Tahun 1967 dengan kepala desa pertama bernama Pawiro Sentono. Sejak saat itu mulai dibangun gedung sekolah dasar, kantor desa, tempat ibadah dan fasilitas umum lainnya. Sejak saat itu pula, pemerintah mulai melihat keberadaan Desa Sumberklampok dengan mendatangkan sumbangan untuk pembangunan desa. Secara administratif Desa Sumberklampok saat itu dibagi atas tiga dusun diantaranya Tegal Bunder, Sumberklampok, Sumber Batok, sedangkan satu banjar yaitu Teluk terima menjadi satu Dusun dengan Sumberbatok.
Desa Sumberklampok memiliki masyarakat yang majemuk dari suku, agama, adat istiadat serta budaya. Namun secara umum tetap menjaga lestarinya budaya lokal tetap menjadi sebuah tujuan pembangunan bagi Desa Sumberklampok. Dengan adanya banyak perbedaan tidak menjadi kendala bagi masyarakat untuk bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat lain.
Kepala Desa pertama kali yang dipilih adalah Pawiro Sentono dan selanjutnya mengangkat Carik (Sekretaris Desa) dua tahun berikutnya, bernama Mandor Tamin (mandor kehutanan / petugas kehutanan) sebagai pembantunya dalam tugas-tugas Kepala Desa.
KEPEMIMPINAN DESA SUMBERKLAMPOK
Berdasarkan data nama-nama Kepala Desa/Perbekel yang pernah memimpin Desa Sumberklampok adalah sebagai berikut:
- PAWIRO SENTONO : 1967 – 1972 Pemilihan
- I GST. NYOMAN DEGDEG : 1972 – 1973 Pj
- PUTU MERTADANA : 1973 – 1974 Pj
- ABIDIN : 1974 – Pj
- PUTU WARKA : 1974 – 1996 Penunjukan
- SARIMAN : 1996 – 2000 Pj
- MADE NURYATHA : 2000 – 2002 Pj
- I PUTU ARTANA : 2002 – 2013 Pemilihan
- I WAYAN SAWITRA YASA : 2013 – sekarang, Pemilihan
Kondisi Umum Desa
A. KONDISI UMUM DESA
Desa Sumberklampok merupakan salah satu desa yang terletak di Wilayah Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Desa paling ujung barat wilayah Kecamatan Gerokgak yang berbatasan dengan Kelurahan Gilimanuk, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, yang ditempuh sekitar 50 menit dari Kecamatan Gerokgak, dengan jarak 39 KM, dan 2 jam dari Kabupaten Buleleng dengan jarak 88 KM.
B. LETAK DEMOGRAFI
Desa Sumberklampok adalah salah satu dari 129 desa di Kabupaten Buleleng terletak dalam Wilayah Administrasi Kecamatan Gerokgak . Secara tofografi, Desa Sumberklampok merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian 0 s/d 17 meter di atas permukaan laut, berlaku iklim tropis yang pada umumnya terdiri dari 5 bulan musim hujan dan 7 bulan musim kemarau, dan curah hujan per tahun : 123 mm/th, suhu rata-rata 27 – 35 0C.
C. WILAYAH DESA SUMBERKLAMPOK
Secara administratif, Desa Sumberklampok memiliki luas wilayah 28,96 Km. Wilayah Desa Sumberklampok terbagi atas tiga Banjar Dinas, yang meliputi : Bajar Dinas Tegalbunder , Banjar Dinas Sumberklampok, dan Banjar Dinas Sumberbatok. Desa Sumberklampok terletak pada posisi -8 Lintang selatan dan 114 Bujur Timur.
D. BATAS WILAYAH DESA
Batas wilayah Desa Sumberklampok adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Bali
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Hutan Negara
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Gilimanuk
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pejarakan
E. OBRASI, WAKTU TEMPUH DAN LETAK DESA
Orbitasi, waktu tempuh dan letak Desa Sumberklampok adalah sebagai berikut:
No | Orbitasi dan Jarak Tempuh | Keterangan |
1. | Jarak ke Ibukota Kecamatan | 40 Km |
2. | Jarak ke Ibukota Kabupaten | 80 Km |
3. | Jarak ke Ibukota Provinsi | 160 Km |
4. | Waktu tempuh ke Ibukota Kecamatan | 50 Menit |
5. | Waktu tempuh ke Ibukota Kabupaten | 120 Menit |
6. | Waktu tempuh ke Ibukota Provinsi | 260 Menit |
7. | Waktu tempuh ke Pusat fasilitas terdekat ( Ekonomi, Kesehatan dan Pemerintahan ) | 15 Menit |