Desa Patemon, Seririt

Sejarah Desa

  1. PERTEMUAN PARA PEMIMPIN SERTA PERKEMBANGANNYA
Asal usul desa Patemon erat kaitannya dengan kisahnya CILI PATI ULARAN selaku Panglima Pasukan Dulang Mangap (Panglima Perang). Dalam kisah perjalanan Cili Pati Ularan diiringi kurang lebih 250 pengiring, dengan tujuan Den Bukit (Buleleng) melalui wilayah Tabanan, Tamblingan, Gobleg, dan atas pawisik beliau menuju Gedang Janur atau Busung Biu. Cili Pati Uralan mempunyai beberapa putra dan seorang putrid, diantaranya yang erat kaitannya dengan sejarah desa Patemon adalah Dewa Ngurah Tebu Salah.
Dewa Ngurah tebu Salah yang telah menginjak dewasa perlu mencari jodoh. Ayahnya, Cili Pati Ularan memerintahkan pengiringnya Gede Mariada (warga Pasek Wanegiri atau Toh Jiwa) supaya mengiring Dewa Ngurah menuju tanah Bantara dan tanah Selaka.
Di tanah Bantara inilah Dewa Ngurah menemukan seorang gadis cantik. Setelah diselidiki ternyata gadis tersebut adalah seorang putri kesayangan Ngurah Dangin yang bernama Ayu Aliarni. Karena Ayu Aliarni putri kesayangan agak sulit mempersuntingnya sehingga hampir timbul perkelahian.
Ngurah Dangin ciriga siapa gerangan pemuda yang ingin mempersunting putri Dewa Ayu Aliarni. Kemudian bertemulah Dalem Purana dengan Dewa Ngurah. Pada pertemuan inilah beliau mengetahui bahwa Dewa Ngurah adalah putra Cili Pati Ularan yang dikatakan masih ada hubungan kekeluargaan. Perjodohanpun terjadi dengan syarat Dewa Ngurah tinggal di tanah Bantara dan diberi tempat di Puri Gede serta menetap disini.
Setelah Dewa Ngurah menetap di Puri Gede beliau dipercaya sebagai pemimpin atau manggala yang diabih oleh keluarga Pasek Sibang dan Ngurah Dangin. Untuk membangun desa yang sesuai dengan tata titi falsafah desa yang  baik, melindungi, menyejahterakan rakyat, agar tata tentram kertha raharja gemah ripah loh jinawi.
Mulailah diperhatikan keadaan warga yang ternyata kebanyakan terdiri atas bekas pengiring Cili Pati Ularan yang kesah dari Gelgel, bertemu serta bemukim sama-sama asal perantauan, diantaranya:
  1. Pasek Sibang yang tiba paling dahulu
  2. Arya Pacung (Arya Sentong)
  3. Keluarga Tegeh Kori
  4. Gerih
  5. Wisnawa Bujangga
  6. Blambangan
  7. Arya Pungakan
  8. Bendesa
  9. Ketewel
Setelah semuanya kumpul lalu diadakan paruman yang dipimpin oleh Dewa Ngurah, membicarakan mengenai nama desa, karena masih merupakan pondok, kelempung, banjuran dan banjar. Adapun usulan dan dharma tetimbang yang diketengahkan dalam paruman tersebut secara garis besar sebagai berikut:
  1. Warga ternyata berasal dari pertemuan warga asal perantauan yang senasib dari Gelgel diantaranya juga dari keturunan keluarga pengiring Cili Pati Ularan.
  2. Tempat yang dihuni dikelilingi oleh aliran tukad Sadha artinya pertemuan atau kumpulan tukad.
Berdasarkan kenyataan tersebut disepakati secara bulat mufakat agar diberi nama Patemon (Pa+temu+an) menjadi Patemon.
  1. Dengan nama Patemon supaya dijadikan rujukan di dalam membentuk pimpinan desa sesuai dengan aspirasi masyarakat melalui hasil kesepakatan dalam sangkepan, demi tegaknya wibawa pimpinan dalam melaksanakan tugas.
Pada waktu pertemuan tersebut baru ada beberapa banjar antara lain:
  1. Banjar Jeroan
  2. Banjar Sibang
  3. Banjar Belong
  4. Banjar Kawan
  5. Banjar Uma
  6. Banjar Sema
  7. Banjar Panegara
Di dalam desa belum ada peranda oleh karena itu mengambil peranda ke desa Kayu Putih, ditempatkan di Banjar Jeroan, kemudian pindah raga ke Banjar Panegara yang kemudian menjadi Banjar Gerya Panegara.
Kemudian datang lagi warga Pande, di tempatkan paling barat dan banjar ini diberi nama Banjar Beratan. Demikianlah seterusnya sesuai dengan dinamika masyarakat banjar lainnya terus dibentuk seperti: Banjar Apit Yeh, Banjar Tegal, dan Banjar Pemaroan, sehingga yang kita jumpai saat ini desa patemon terdiri atas 12 Banjar.
Pada abad ke XVI, waktu pengadegan Panji Sakti sebagai Mahapatih saat itu adalah I Gusti Murtamblang Sampun ( Tos Ularan). Mulai saat itu timbul istilah Singaraja (Buleleng) dengan lambang singa terbang atau Singa Ambara Raja. Sedangkan sebagai pendamping kekuasaan Panji sakti ialah:
  1. Desa Bondalem, dengan istilah Singa Mandala
  2. Desa Banjar, dengan istilah Singa Sura
  3. Desa Patemon, dengan istilah Singa Purusa
  4. Desa Lokapaksa, dengan istilah Singa Manda
Di samping itu, mulai memperbaiki dan membangun parhyangan, seperti kahyangan desa, merajan, panti, dadya, kawitan, sesuai dengan petunjuk para leluhur warga maupun kesepakatan semua warga. Berbagai parhyangan tersebut, antara lain:
  1. Pura Siwa Durga atau Catur Dewi (Gedong Cungkup) terletak sebelah Timur dari pusat desa, (Lambang Putih) diempon oleh siswa Buda Ketewel.
  2. Pura Desa atau Puseh (Brahman) disebelah Selatan dari pusat desa ( Lambang Merah). Padmasana Naga Pasa diempon oleh Sang Brahmana. Seperti diuraikan di depan, di dalam paruman atau pertemuan tersebut hanya kurang pendeta, pengempon Dewa Brahman. Sesuai keputusan rapat dicarilah pendeta di desa Kayu Putih dan ditegakkan sebagai brahmana untuk mengempon dewa Brahma.
  3. Pura Maha Dewa sebelah Barat dari pusat desa. Purwa Padmasana Dua naga Pasa diempon oleh Pande Maha Samanya.
  4. Pura Wisnu meru tumpang lima diempon Bujangga Wesnawa.
  5. Pura Sang Hyang Iswara dan kulkul pangkatan diempon oleh sentana Ularan. Letaknya di tengah desa pusat pemerintahan dan ekonomi.
  6. Pura Gede
Setelah berhasil dalam perang payangan (menang) kemudian dibangunlah Murda Manik dengan 13 saka sebagai pura monument (kaul para pemimpin). Berdasarkan penuturan beberapa tokoh masyarakat dahulu, Pura Gede disungsung sebagai pura Puseh. Sampai saat ini pura Desa, pura Dalem, pura Gede menjadi kahyangan desa. Kemudian Puseh dan desa tempatnya disatukan di pura Desa yang kita jumpai saati ini.
Sedangkan kahyangan desa tersebut (pura Desa, Dalem, dan Gede) telah mengalami beberapa kali perbaikan dan renofasi seperti yang kita saksikan sekarang.
  1. Pura Patih kaempon oleh keluarga Belambangan
Memerhatikan letak pura-pura tersebut ibarat penjaga penjuru angin, seperti: Timur, Selatan, Barat, dan Utara yang menjaga, mengitari Pusat Pemerintahan desa Patemon yang berada di tengah-tengah.


PETA DESA


PETA PBB

BEBERAPA FOTO
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Enter your email address to get update from Serba-Serbi.
Print PDF
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »

Copyright © 2018. SEBUAH CATATAN - All Rights Reserved | Template by sastrawan18@gmail.com Proudly powered by Poetoesas